Sunday, April 13, 2008

SYAHADAT CINTA

Tidak ada harta kekayaan yang lebih bermanfaat dari pada ilmu.
Tidak ada sesuatu yang lebih menguntungkan daripada adab kesopanan.
Tidak ada pendamping yan lebih indah daripada akal.
Tidak ada sesuatu yang gaib yang lebih dekat kepada kita daripada kematian.
(Buya Hamka)


Dalam sehari, kita mengikrarkan syahadatain berulang kali, sekurang-kurangnya 9 kali jika kita hanya mendirikan shalat wajib saja. Berulang-ulang kita ikrarkan syahadat itu, baik pada tasyahud awal maupun pada tasyahud akhir. Dari pagi hingga malam. Dari shalat Subuh hingga shalat Isya.

Begitulah ikrar kita setiap hari. Tetapi, benarkan kita ini, dalam praktek kehidupan sehari-hari, benar-benar hanya menjadikan Allah sebagai Tuhan yang kita sembah? Atau, jangan-jangan syahadat kita itu masih berupa tong kosong yang nyaring bunyinya. Karena, ikhwan akhwat sekalian, manakala kita menyatakan syahadatain, berarti kita telah me-mastikan bahwa tak ada Ilah selain Allah. Itu berarti bahwa kita rida hanya Allah semata sesembahan kita.

Dan, kita menyadari bahwa tidak ada kebahagiaan kecuali taat kepada-Nya. Tidak ada kemuliaan kecuali dengan merendahkan diri di hadapan-Nya. Tidak ada kekayaan kecuali dengan merasa butuh terhadap rahmat-Nya. Tidak ada ketenangan kcuali dengan mendekati-nya. Pun, tidak ada kehidupan yang baik kecuali dalam keridhaan-Nya.

Ketenangan itu bermukim di hati. Bersemayam di dada. Bertahta di kalbu. Karena, jika kita telah menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya Ilah kita, maka kita pasti senantiasa merasakan ada Allah menyertai kapan dan di mana pun kita berada. Kita pun pasti memahami benar bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang tersirat dan tersurat di hati kita.

Proklamasi yang kita kumandangkan melalui syahadat, berarti hanya percaya kepada Allah sebagai sesembahan, dan berarti pula tidak percaya kepada selain Allah untuk dipuja, apalagi disembah. Karena itu, hanya kepada Allah saja kita berlindung dan meminta perlindungan. Hanya saja, untuk memurnikan cinta itu tidak banyak yang bisa melakukannya. Ada beberapa Tuhan atau berhala sesembahan manusia modern dewasa ini, termasuk yang mengaku Muslim. Yakni, tahta, harta, wanita, teknologi (televisi, handphone, playstation, komputer), tenar, dan musik.

Kita, terlebih saya, sehari-hari sering mendengar taushiyah tentang pentingnya introspeksi (muhasabah) tentang siapa, dari mana, mau kemana, dan akan bagaimana kita. Hanya saja, lebih banyak taushiyah itu berlalu begitu saja. Masuk di telinga kanan, keluar di telinga kiri. Tidak mengendap di otak. Tidak berbekas di hati. Coba lihat sekeliling kita. Ada orang yang mendengarkan hanya dengan telinga, ada yang dengan akal pikiran, ada yang dengan sepenuh hatinya, ada yang segan, ada yang tidak mau mendengarkan, ada pula yang memang tidak bisa mendengarkan.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkan Anda mengajak hati Anda bercengkerama. Berdialog. Berdiskusi. Bahkan, boleh jadi, berdebat sepanjang hari. Perihal seberapa dalam makna syahadat cinta Anda? Mungkin, Anda sering lebih banyak disibukkan oleh pertarungan antara harapan dan hayalan. Lalu, lupa tentang hakikat penciptaan Anda yang sebenarnya. Dan, entah mengapa, Anda terlena dalam kelalaian itu. Namun, Anda tak perlu cemas. Bukan hanya Anda yang mengalami hal seperti itu. Banyak yang mengalaminya. Termasuk saya. Perbedaannya hanyalah seberapa sadar kita atas kelalaian itu.

Jadi, sebaiknya kita berbenah. Kita kemas kembali syahadat cinta kita. Kita pastikan bahwa proklamasi cinta kita itu tidak dicemari oleh hal-hal selain Yang Maha Tercinta, Yang Tak Tertandingi, Yang Tak Terlupakan.

No comments: